Subsidi Motor Listrik Belum Optimal, Produsen Kini Fokus ke Segmen Usaha

Daftar Isi
Subsidi untuk Motor Listrik Belum Menunjukkan Hasil,Produsen Kini Fokus pada Penjualan Ke Bidang Lain

Subsidi untuk Motor Listrik Belum Berjalan Lancar, Produsen Kini Menjual Satuan di Bidang Lain

Program subsidinya sepeda motor listrik masih belum tuntas hingga kini, berikut adalah tahapan bisnis yang dijalankan oleh para pembuatnya.

Teknoindie.id/ News

Ferdian 11 Mei, pukul 13:00 WIB 11 Mei, pukul 13:00 WIB

Teknoindie.id - Diketahui program subsidi motor listrik di Indonesia belum ada kejelasan alias masih mlempem.

Program subsidi sebesar Rp 7 juta per unit yang diberikan hanya berlangsung pada 2023 dan 2024, dan belum ada kelanjutannya.

Pemerintah berencana mengubah skema subsidi menjadi insentif Pajak Pertambahan Nilai Ditanggung Pemerintah (PPN DTP) dengan syarat Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) minimal 40 persen.

Namun, regulasi final terkait skema ini belum diumumkan.

Dengan kemacetan proyek subsidi motor listrik oleh pemerintah, berbagai perusahaan di Indonesia saat ini beralih untuk memfokuskan penjualannya pada segmen bisnis-ke-bisnis (B2B).

Tindakan ini dilakukan guna memastikan keberlanjutan usaha serta menggenjot jumlah penjualan meski permintaan pasarnya sedang menurun khususnya pada segmen business-to-consumer (B2C).

Agung Pamungkas, pendiri dan CEO PT Tangkas Motor Listrik, menyebutkan bahwa kurangnya minat konsumen terhadap motor listrik di pasar ritel mendorong perusahaan untuk beralih fokus ke sektor perdagangan.

Agung menyatakan tak ada penumpukan stok motor listrik karena masih adanya permintaan untuk kendaraan operasional dari pihak pemerintahan dan Badan Usaha Milik Negara (BUMN).

"Kami tetap melanjutkan produksi meskipun dengan penyesuaian, sebab TKDN kami cukup baik. Kami memilih untuk mengubah fokus pasar menjadi lebih menekankan pada segmen bisnis atau B2B," jelas Agung saat diwawancara oleh Kompas.com.

"Sebetulnya di B2B sendiri soal adanya subsidi atau tidak sudah tidak berlaku lagi. Di sinilah semangat baru mulai tumbuh. Saya harap dana anggaran dari Kementerian serta Badan Usaha Milik Negara untuk motor listrik cepat direalisasikan," ujarnya.

Seperti yang disampaikan oleh Chief Executive Officer PT Swap Energi Indonesia, Irwan Tjahaja, produksi di pabrik tetap berlangsung namun terdapat beberapa penyesuaian.

"(Sekarang), menurut pabrikan, 90% bisnis B2C sudah tutup. Jadi kami akan lebih berfokus pada B2B saja, karena B2B memang tidak pernah mendapat subsidi," jelas Irwan, seperti dilansir Kompas.com.

Irwan menyatakan bahwa penjualan kendaraan bermotor listrik dalam bidang usaha meningkat di awal tahun 2025.

Ini jauh berbeda dari penurunan besar dalam sektor motor listrik ritel.

"B2B mengalami kenaikan yang cukup signifikan. Jika dibandingkan dengan beberapa tahun terakhir, mungkin naik sekitar 50 persen. Kita fokus hanya pada segmen itu. Sedangkan untuk B2C hampir tidak berubah," jelas Irwan.

Copyright Teknoindie.id2025

Related Article

Posting Komentar